Pusta Studi Bahasa Jepang

Banyak siswa sma yang berminat kuliah di jurusan bahasa Jepang learn more....

Himade Goes to Brawijaya University

Pada Jum'at 27 Mei lalu, HIMADE S1 melaksanakan studi banding ke Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra Jepang Universitas Brawijaya, selain saling memperkenalkan himpunan mahasiswanya juga saling mengenalkan struktur organisasi yang ada di HIMADE maupun HMJ UB.

Festival Fuji Shibazakura

Acara tahunan Fuji Shibazakura Festival yang menampilkan bunga Shibazakura (Moss Phlox) berwarna-warni dengan latar Gunung Fuji telah dimulai sejak hari Selasa yang lalu dan menarik para pengunjung yang mengaguminya. Festival yang diadakan di Prefektur Yamanashi

Festival Kaze Bon

Merupakan festival trasional yang diadakan setiap tahun dari tanggal 1 hingga 3 September di Yatsuo, Toyama. Pada saat festival berlangsung, Yatsuo, desa kecil dan tenang yang berada di tengah-tengah gunung dihiasi oleh ribuan lentera kertas.

Festival Sichi Go San

Salah satu hari libur tradisional Jepang, Shichi-Go-San, telah dilangsungkan pada tanggal 15 November lalu. Sesuai namanya, angka 3, 5, dan 7 memiliki kaitan dengan perayaan ini. Mari kita mengenal lebih lanjut seperti apakah perayaan Shichi-Go-San tersebut.

Wednesday, 19 October 2016

Kurama no Hi 鞍馬の火



Kurama no Hi biasa juga disebut sebagai festival api yang dirayakan di Kuil Yuki, Kyoto pada tanggal 22 November. Festival ini dilatarbelakangi oleh banyak hal yang terjadi sejak zaman Heian. Dimulai dari pembertontakan Taira no Masakado, gempa bumi besar, juga berbagai pemberontakan dan bencana lainnya yang terjadi berturut-turut pada tahun 940

sumber : https://www.jnto.go.jp

Tsukimi, Tradisi Memandang Bulan di Jepang


Tsukimi, Tradisi Memandang Bulan di Jepang




Salah satu kegiatan tradisional yang dilakukan pada musim gugur adalah Tsukimi (月見) yang secara harfiah berarti melihat bulan. Tsukimi adalah festival Jepang yang bertujuan menghormati bulan musim gugur yang dilakukan pada pertengahan musim gugur. Perayaan bulan purnama biasanya diadakan pada hari ke-15 bulan ke-8 kalender matahari tradisional Jepang; sedangkan untuk bulan sabit dirayakan pada hari ke-13 bulan ke-9. Hari-hari ini biasanya jatuh pada bulan September dan Oktober untuk kalender matahari modern.


Kegiatan ini berawal sejak zaman Heian, dan menjadi sangat populer pada saat ini. Bahkan banyak orang mengulangi kegiatan ini hingga beberapa malam setiap perayaannya. Dalam tradisi Tsukimi terdapat kebiasaan menampilkan dekorasi yang terbuat dari rumput pampas Jepang (Susuki) dan memakan kue beras yang disebut Tsukimi Dango dalam rangka merayakan keindahan bulan. Produk musiman juga ditampilkan sebagai persembahan kepada bulan. Ubi jalar yang ditawarkan kepada bulan purnama, sementara kacang atau chestnut yang ditawarkan kepada bulan sabit di bulan berikutnya.

Ada beberapa nama alternatif dari perayaan ini, yaitu: Imomeigetsu (secara harfiah “bulan panen kentang”) dan Mamemeigetsu (“bulan panen biji”) atau Kurimeigetsu (“bulan panen kastanye”). Nama-nama ini diperoleh dari persembahan yang diberikan saat perayaan.


SEJARAH

Tsukimi merujuk pada tradisi Jepang dalam menyelenggarakan pesta untuk melihat bulan saat masa panen. Kebiasaan ini dikatakan bermula saat para bangsawan Jepang di zaman Heian yang sering berkumpul untuk membaca puisi di bawah bulan purnama pada bulan ke-8 kalendar matahari. Masa ini sering disebut sebagai “Bulan Pertengahan Musim Gugur”. Sejak jaman dahulu, orang-orang Jepang sudah menyatakan bahwa bulan ke-8 kalender matahari (atau bulan September dalam kalender modern) adalah waktu terbaik untuk melihat bulan. Hal ini disebabkan oleh posisi relatif bumi, matahari, dan bulan sehingga bulan terlihat sangat terang.

Di malam bulan purnama tersebut, sudah menjadi kebiasaan untuk berkumpul di tempat dimana bulan terlihat jelas. Selain itu tempat tersebut akan didekorasi dengan rumput pampas Jepang (susuki), dan disajikan pula Tsukimi Dango, taro (ubi merah), edamame, kastanye, dan berbagai makanan musiman, ditambah dengan Sake sebagai persembahan kepada Bulan. Kemudian masyarakat akan berdoa untuk panen yang berkelimpahan. Makanan-makanan ini secara keseluruhan disebut Tsukimi Ryouri (月見料理).



Rumput papas (susuki) dan Tsukimi Dango

Dari tahun 862 sampai tahun 1683, kalender Jepang telah diatur sehingga bulan purnama selalu jatuh pada hari ke 13 setiap bulan. Pada tahun 1684, kalender diubah sehingga bulan baru jatuh pada hari pertama setiap bulan, hal ini menyebabkan bulan purnama mundur hingga pada hari ke-15 setiap bulan. Sementara beberapa orang di Edo (sekarang Tokyo) menggeser kegiatan Tsukimi mereka menjadi pada hari ke-15, yang lain terus mengadakan festival pada hari ke-13.

Ada istilah tertentu dalam bahasa Jepang untuk menyebut saat ketika bulan tidak terlihat pada malam pertengahan musim gugur tradisional. Penyebutan tersebut termasuk Mugetsu (無 月, “tanpa-bulan”) dan Ugetsu (雨 月, “bulan-Hujan”). Namun meskipun ketika bulan tidak terlihat, Tsukimi tetap diadakan.


MAKANAN SAAT TSUKIMI

Adalah kebiasaan tradisional untuk menyediakan Tsukimi Dango dan produk musiman sebagai persembahan selama Tsukimi, seperti dijelaskan di atas. Selain itu, masih ada beberapa hidangan lainnya yang terkait dengan Tsukimi, loh!

Soba rebus atau mie udon yang di atasnya diberi nori dan telur mentah, kemudian diberi kuah kaldu yang dikenal sebagai Tsukimi Soba atau Tsukimi Udon. Di Kitakyushu, telur disajikan di atas Yaki Udon dan dikenal sebagai Tenmado, nama lain untuk Tsukimi dalam dialek lokal. Demikian pula ketika telur puyuh mentah digunakan untuk atas sushi, seperti gunkanzushi atau temaki handroll yang disebut sebagai gaya Tsukimi.



sepertinya enak yah Tsukimi soba ini..

Di beberapa restoran cepat saji di Jepang terdapat menu khusus musim gugur yang ditawarkan selama September dan Oktober yang menampilkan sandwich telur goreng yang dikenal sebagai Tsukimi Burger.



Tsukimi Burger, tampilan tidak terlalu berbeda dengan burger biasanya, hanya ditambah telur. Tapi pasti tetap enak deh! Hehehe

Nah, gimana Mina-san? Kalau kamu sedang berada di Jepang saat musim gugur, coba ikuti perayaan Tsukimi ini yah… Atau kamu juga bisa mengikuti kegiatan IkuZo! Autumn Course yang setiap tahunnya diadakan di musim gugur.  ^^

sumber : http://www.goikuzo.com

Iman + Kerendahan Hati + Taat = Mujizat


 
Iman + Kerendahan Hati + Taat = Mujizat

Ketika kita diberi kesempatan untuk mengajukan 3 permintaan tentulah kita akan meminta hal yang positif seperti ingin punya banyak mobil, ingin punya rumah besar, sehat selalu. Intinya tidak ada orang yang mengajukan permintaan ingin sakit kecuali orang itu bermasalah.
Dalam Matius 8:1-4 ini kita akan mempelajari kesedihan yang dialami oleh penderita kusta dan teladan hidup dari orang yang berpenyakit kusta.

I. Penderitaan fisik dan mental orang yang berpenyakit kusta.

Penyakit kusta adalah penyakit yang mengerikan dan bisa berlangsung bertahun-tahun lamanya, gejalanya :
*) muncul bintil kecil, bernanah, bulu mata rontok, mata membelalak, pita suara bengkak sehingga suara parau dan nafas terengah-engah. Lama kelamaan bintil itu akan tumbuh semakin besar dan tak bisa kering (bisa berlangsung 9 tahun)
**) hilang daya rasa pada bagian tubuh; otot melemah, muncul bisul pada tangan dan kaki, jari tangan dan kaki lepas dan tingkat yang parah adalah tangan dan kaki bisa lepas sendiri.
Orang yang berpenyakit kusta secara fisik sangat menyakitkan dan bahkan secara mental mereka menderita yaitu orang sakit kusta dianggap sudah mati oleh keluarga,diasingkan di luar perkemahan, memakai pakaian khusus, rambut kusut, memakai penutup mulut, kalau berjalan harus mengatakan ” najis, najis, najis” dan yang lebih parahnya mereka dibawa ke gereja dan dibuatkan upacara penguburan seolah-olah sudah mati.
Orang yang terkena kusta , tidak boleh ada yang menyentuhnya/ memberi salam, dan bahkan kalau orang bertemu penderita kusta harus melihat dengan jarak jauh dan orang menyingkir jauh-jauh melihat orang kusta dan dilempari batu.

II. Iman dan tindakan orang kusta

a. Orang kusta harus berdiri jauh-jauh dan mengatakan najis jika ia bertemu orang dan tidak boleh bersentuhan dengan orang lain, namun ketika Ia melihat Yesus, orang kusta ini datang dengan iman penuh bahwa kalau Yesus mau,Yesus bisa menyembuhkannya. Ini berarti orang kusta ini siap menanggung resiko akan dilempari batu karena ia mendekati Yesus. Ketika kita mempunyai masalah yang berat apapun, yakinilah dan percayalah bahwa Yesus sanggup buka jalan. Datanglah pada Yesus, jangan ragu dan jangan bimbang Yesus dapat melakukan perkara besar yang melebihi pemikiran kita. Jangan kita malu datang kepada Yesus, kita memang orang berdosa, tetapi jangan malu untuk datang pada Yesus, karena Yesus tidak memandang rendah orang yang mau datang padaNya.
b. Sujud menyembah Dia dan berkata ” Tuan, jika tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Orang kusta ini datang menghampiri hadirat Tuhan dengan rendah diri, dia merasa tidak layak tapi dia percaya jika Tuhan Yesus mau, Yesus dapat menyembuhkannya. Datanglah dengan kerendahan hati, menghormati Tuhan dan jika tuan mau. Ini berarti jangan memaksa Tuhan untuk membuat mujizat tapi percaya jika ada kemurahan Tuhan, dia akan disembuhkan. Saat ini, ketika kita dalam pergumulan, rendahkanlah diri dan berkata” Tuhan jika Tuhan mau, jangan memaksa Tuhan untuk menyelesaikan masalah kita, merendahkan hati untuk bersandar pada Tuhan, terserah pada Tuhan apa maunya Tuhan, bukan pasrah dan tidak berjuang apa-apa.

III. Tindakan Yesus yang aktif dan penuh belas kasihan

Yesus mengulurkan tanganNya, menjamah orang kusta itu. Secara hukum, Yesus dianggap ternajiskan karena menyentuh orang kusta tapi Yesus tidak peduli karena ia punya belas kasihan. Mungkin saat ini, pergumulan kita begitu berat dan orang lain tidak mengerti kita tapi tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menolong kita dan Tuhan akan menolong kita sesuai waktu dan kehendak Tuhan, Tuhan hanya ingin kita percaya dan menanti pertolongan Tuhan bekerja.

c. Setelah sembuh,Yesus memberi perintah kepada orang kusta untuk diam,dan menyuruh pergi kepada imam untuk mempersembahkan persembahan dan menyaksikan bahwa ia tahir dan sembuh.
Orang kusta itu taat mengikuti kehendak Tuhan. Mujizat tidak datang begitu saja tapi mujizat juga perlu pembuktian. Jika kita mendapat mujizat dari Tuhan, taatlah pada perintahNya, jalankan apa yang menjadi kemauannya dan mujizat akan datang jika kita berusaha. Mujizat tidak akan datang kalau kita tidak berusaha dan pasrah.

Dari kisah orang kusta yang meminta kesembuhan kita belajar :
1. milikilah iman dan keyakinan bahwa Tuhan dapat menyelesaikan masalah kita, datang padaNya, jangan ragu dan bimbang percayalah Tuhan akan buka jalan untuk masalah yang kita hadapi.
2. datang ke hadapanNya dengan hati yang rendah dan membiarkan Tuhan yang berkarya dan membuka jalan untuk masalah kita, bukan sebaliknya kita memaksa Tuhan untuk menyelesaikan masalah kita saat ini juga.
3. Pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat. Nantikanlah waktu Tuhan yang terbaik bukan waktu kita.
4. Ikutilah yang menjadi kemauan/ kehendak Tuhan yang harus kita lakukan, taat maka mujizat akan terjadi bila kita percaya dan berusaha.


Sumber: http://www.artikelkristen.com/imankerendahan-hatitaatmujizat.html
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com