Di Indonesia ada yang namanya Pahlawan Nasional Wanita, salah satunya adalah Raden Adjeng Kartini atau Kartini. Kartini ini adalah salah satu tokoh jawa, pelopor kebangkitan wanita pribumi. Ada satu hari yang di dedikasikan untuk beliau, tepat sekali, tanggal 21 Aapril merupakan hari Kartini.
Kartini
lahir dari keluarga kaya, memiliki kebiasaan membaca dan bertukar fikiran
dengan wanita-wanita barat. Pola pikir wanita-wanita Eropa saat itu membuat ia
tertarik. Strata wanita pribumi pada masa itu, jauh jika dibandingkan dengan
wanita Eropa. Ia mulai terdorong untuk memajukan status wanita pribumi dalam
segala aspek.
Nah
Minna, jika di Indonesia ada yang yang disebut dengan Pahlawan Nasional Wanita,
di Jepang ada yang namanya Onna Bugeisha.
Keduanya
bisa dibilang agak berbeda, tetapi mereka sama-sama wanita-wanita tangguh yang
memperjuangkan kehormatan dirinya, keluarga, dan kaumnya.
Secara
harfiah, Onna Bugeisha (女武芸者) berarti master bela diri wanita. Kurang
lebih setara dengan samurai wanita zaman dulu dan sejenis prajurit wanita zaman
feodal Jepang dulu. Berasal dari prajurit kelas atas dan bahkan berjuang
bersama prajurit laki-laki dalam pertempuran sesungguhnya. Ada pula yang
menyebut bahwa Onna Bugeisha terdiri dari ibu rumah tangga, janda, aktivis dan
anak perempuan yang pandai bermain pedang, dan jika diharuskan terjun ke medan
perang maka mereka akan melakukannya.
Para
wanita tangguh ini memainkan peran yang sangat penting dalam masa feodal
Jepang. Tetapi, karena beberapa alasan mereka tidak mendapat banyak pengakuan
dalam sejarah.
Jadi,
pada masa feodal Jepang, bukan hanya laki-laki saja yang dilatih untuk memimpin
dan menggunakan senjata tetapi ada juga Onna Bugeisha yang sebenarnya memiliki
arti penting dalam sejarah.
Sebelum
ada kelas samurai dan kelas Bushi para wanita dilatih untuk menggunakan senjata
agar dapat melindungi keluarga dan memperjuangkan kehormatan mereka. Dari
situlah lahir Onna Bugeisha. Para wanita diperbolehkan untuk ikut berperang,
mereka berlatih nigata dan kaiken, sejenis senjata untuk melindungi diri dari
berbagai ancaman. Tujuan lain dari dilatihnya para wanita menggunakan senjata
adalah agar wilayah-wilayah di Jepang tidak kekurangan prajurit saat perang
meski jumlah laki-lakinya sedikit.
Onna
Bugeisha pada umumnya menggunakan senjata yang namanya nigata, tongkat panjang
dengan pisau melengkung di salah satu ujungnya. Pedang ini terkenal fleksibel
dan efisien dalam membentuk gerakan. Nigata identik dengan citra Onna Bugeisha.
Pada awal
peride Edo banyak sekolah Onna Bugeisha didirikan untuk pelatihan penggunaan
nigata, namun seiring dengan berjalannya waktu status Onna Bugeisha dalam
masyarakat menurun. Banyak hal yang terjadi pada saat itu, kemudian peran Onna
Bugeisha dalam masyarakat berubah drastis.
Onna
Bugeisha yang terkenal diantaranya Jingu, Tomoe Gozen, Hōjō
Masako, Nakano Takeko.
0 comments:
Post a Comment