Pusta Studi Bahasa Jepang

Banyak siswa sma yang berminat kuliah di jurusan bahasa Jepang learn more....

Himade Goes to Brawijaya University

Pada Jum'at 27 Mei lalu, HIMADE S1 melaksanakan studi banding ke Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra Jepang Universitas Brawijaya, selain saling memperkenalkan himpunan mahasiswanya juga saling mengenalkan struktur organisasi yang ada di HIMADE maupun HMJ UB.

Festival Fuji Shibazakura

Acara tahunan Fuji Shibazakura Festival yang menampilkan bunga Shibazakura (Moss Phlox) berwarna-warni dengan latar Gunung Fuji telah dimulai sejak hari Selasa yang lalu dan menarik para pengunjung yang mengaguminya. Festival yang diadakan di Prefektur Yamanashi

Festival Kaze Bon

Merupakan festival trasional yang diadakan setiap tahun dari tanggal 1 hingga 3 September di Yatsuo, Toyama. Pada saat festival berlangsung, Yatsuo, desa kecil dan tenang yang berada di tengah-tengah gunung dihiasi oleh ribuan lentera kertas.

Festival Sichi Go San

Salah satu hari libur tradisional Jepang, Shichi-Go-San, telah dilangsungkan pada tanggal 15 November lalu. Sesuai namanya, angka 3, 5, dan 7 memiliki kaitan dengan perayaan ini. Mari kita mengenal lebih lanjut seperti apakah perayaan Shichi-Go-San tersebut.

Tuesday, 31 May 2016

Himade Goes to Brawijaya University


Hallo Minna san !!!

Pada Jum'at 27 Mei  lalu, HIMADE S1 melaksanakan studi banding ke Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra Jepang Universitas Brawijaya, selain saling memperkenalkan himpunan mahasiswanya juga saling mengenalkan struktur organisasi yang ada di HIMADE maupun HMJ UB.
Perjalanan dimulai dari Jatinangor pukul 6.30 pagi dan sampai menuju malang sabtu 11.00 pagi, walaupun perjalanan jauh tidak menurunkan semangat dan antusias rekan-rekan HIMADE.
   
Setelah sampai di Unversitas Brawijaya langsung disambut hangat oleh rekan-rekan HMJ UB menuju gedung Fakultas Ilmu Budaya. Lalu disambut oleh Kepala Prodi Sastra Jepang UB. Setelah itu kamu berbagi sharing-sharing antara HIMADE dan HMJ UB dan saling mengakrabkan satu sama lain.



lalu diakhiri dengan bon odori berama sama






Perjalanan ternyata tidak langsung mengarah ke Jatinangor, kami memutuskan untuk mampir ke alun- alun Kota Batu Malang walaupun harus bermacet-macetan di jalan.

Puas sudah berwisata, kami pun bermalam di Kota Malang selama 1 malam. Seteah itu kami pun melanjutkan perjalanan ke jatinangor dan sampai pada haru senin 30 Mei.
Alhamdulillah sampai di Jatinangor dengan selamat, ditunggu untuk rekan-rekan HMJ UB untuk mampir ke Pusat Studi Bahasa Jepang UNPAD.

Yakubarai dan Yakukoke, Ritual Pengusir Nasib Buruk di Jepang

Yakubarai dan Yakukoke adalah ritual pengusir nasib buruk di Jepang ketika orang-orang menghadapi kejadian naas yang beruntun. Ritual ini memiliki berbagai macam jenis seperti membeli jimat keberuntungan, membunyikan lonceng dengan jumlah yang sesuai dengan umur mereka, atau melemparkan sapu tangan untuk menghalau roh-roh jahat.
Yakubarai dan Yakukoke
osaka-info.jp/
Jepang memiliki kepercayaan unik yang dinamakan yakudoshi di mana pada umur tertentu manusia akan menghadapi kesialan yang amat buruk. Dipercaya bahwa pria berumur 42 tahun dan wanita berumur 33 tahun akan bertemu dengan titik terberat dalam kehidupannya, tahun di mana mereka bertemu cobaan hidup terberatnya, yang diberi istilah honyaku.
Apa di lingkungan tempat kalian tinggal ada ritual seperti ini?

Sumber : Japanesestation.com

Bunkasai ke-42

Pada tanggal 13 dan 14 Mei 2016 kemarin telah diselenggarakan Pekan Bahasa dan Budaya Jepang ke-42 atau sering disebut juga Bunkasai.

Bunkasai merupakan Festival Budaya Sastra Jepang yang sering diadakan setiap tahun yang di dalamnya terdapat banyak hal menarik yaitu berupa lomba-lomba,lalu penampilan menarik dan masih banyak lagi yang diikuti oleh berbagai perguruan tinggi prodi bahasa jepang.


Pekan Bahasa dan budaya jepang (bunkasai) ini bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar prodi bahasa jepang di jawa barat khususnya, lalu menjajal kemampuan mahasiswa dengan adanya pelombaan-perlombaan serta menunjukan pertunjukan tiap perguruan tinggi dan sebagai ajang sharing alumni.
Pada hari pertama, Diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh seluruh hadirin yang datang, lalu kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-qur’an.

Dilanjutkan dengan pemberian sambutan oleh Mikami Kyouko perwakilan dari Japan Foundation, kemudian sambutan dari Kepala dekan FIB yaitu Drs. Yuyu Yohana Risagarniwa. Kemudian sambutan  oleh Ibu selaku Ketua Jurusan Prodi Sastra Jepang Universitas Padjadjaran yang sekaligus membuka acara Bunkasai ke-42.

Kemudian Penampilan Kesenian Tradisional Indonesia dan Tradisional Jepang menarik oleh mahasiswa dari Universitas Widyatama, Unniversitas Komputer dan Universitas Maranatha.






Lalu dilanjutkan dengan presentasi ilmiah dosen mengenai pengalaman kuliah dan tinggal di jepang serta sharing strategi bermanfaat lainya.




 

 Acara bunkasai ini di meriahkan juga oleh berbagai stand di depan pusat studi bahasa jepang.




 

  Acara kemudian dilanjutkan dengan dimulainya lomba-lomba, pada sesi pertama ada lomba sakubun Contest,  Choukai Contest group A dan B. Dilanjutkan dengan kanji Contest (group A + B), Kanji Contest, Kana Contest,  Shuuji Contest dan Speech Contest yang dibagi menjadi dua hari berturut-turut.

 






Ini dia hasil - hasilnya 






Gimana? Keren-keren kan shuuji nya.

Oh iya di hari kedua bunkasai ada drama jepang yang dipersembahkan oleh teater merah yaitu Ganryuujima "Miyamoto Musashi" 




Lalu di penghujung acara ada pengumuman pemenang lomba - lomba bunkasai






Selamat ya kepada para pemenang lomba bunkasai!!!









Wednesday, 18 May 2016

Sejarah Sushi

SEJARAH SUSHI



Sushi  adalah makanan Jepang yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama lauk (neta) berupa makanan laut, daging, sayuran mentah atau sudah dimasak. Nasi sushi mempunyai rasa masam yang lembut karena dibumbui campuran cuka beras, garam, dan gula. Asal-usul kata sushi adalah kata sifat untuk rasa masam yang ditulis dengan huruf kanji sushi. Penulisan sushi menggunakan huruf kanji 寿司 yang dimulai pada zaman Edo periode pertengahan merupakan cara penulisan ateji (menulis dengan huruf kanji lain yang berbunyi yang sama).
Pada awalnya, sushi yang ditulis dengan huruf  kanji merupakan istilah untuk salah satu jenis pengawetan ikan disebut gyoshō  yang membaluri ikan dengan garam dapur, bubuk ragi atau ampas sake. Konon kebiasaan mengawetkan ikan dengan menggunakan beras dan cuka berasal dari daerah pegunungan di Asia Tenggara . Istilah sushi berasal dari bentuk tata bahasa kuno yang tidak lagi dipergunakan dalam konteks lain; secara harfiah, “sushi” berarti “itu (berasa) masam”, suatu gambaran mengenai proses fermentasi dalam sejarah akar katanya. Dasar ilmiah di balik proses fermentasi ikan yang dikemas di dalam nasi ialah bahwa cuka yang dihasilkan dari fermentasi nasi menguraikan asam amino dari daging ikan. Hasilnya ialah salah satu dari lima rasa dasar, yang disebut umami dalam bahasa Jepang.
Sampai tahun 1970-an sushi masih merupakan makanan mewah. Rakyat biasa di Jepang hanya makan sushi untuk merayakan acara-acara khusus, dan terbatas pada sushi pesan-antar.
Dalam manga, sering digambarkan pegawai kantor yang pulang tengah malam ke rumah dalam keadaan mabuk. Oleh-oleh yang dibawa untuk menyogok istri yang menunggu di rumah adalah sushi. Walaupun rumah makan kaitenzushi yang pertama sudah dibuka tahun 1958 di Osaka, penyebarannya ke daerah-daerah lain di Jepang memakan waktu lama. Makan sushi sebagai acara seluruh anggota keluarga terwujud di tahun 1980-an sejalan dengan makin meluasnya kaitenzushi.
Keberhasilan kaitenzushi mendorong perusahaan makanan untuk memperkenalkan berbagai macam bumbu sushi instan yang memudahkan ibu rumah tangga membuat sushi di rumah. chirashizushi atau temakizushi dapat dibuat dengan bumbu instan ditambah nasi, makanan laut, tamagoyaki dan nori.
Sumber: https://hms270novita.wordpress.com/home/sejarah-sushi/
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com